Minggu, 11 September 2016

Sumur Angguk Nglobo .. Pesona Wisata Khas Blora

Berkunjung di Kabupaten Blora tidak cukup hanya sekedar menikmati lezatnya aneka kulinernya saja, lebih dari itu juga masih banyak destinasi wisata yang menjadi ciri khas Bumi Mustika ini. Indahnya cahaya surga yang memancar ke dalam Goa Terawang di Todanan, gagahnya ratusan pohon jati emas di cagar alam Gubuk Payung di Temengeng, sejuk segarnya Waduk Tempuran di Kecamatan Kota, atau kolam renang nan alami Kedungpupur di Ledhok Sambong. Dan masih banyak wisata alam maupun wisata buatan yang betul-betul "khas Blora" ... yang mustahil dijumpai di tempat lain.


Salah satu keunikan tersebut adalah SUMUR ANGGUK, seperti yang ada di daerah Nglobo kecamatan Jiken. "Sumur Angguk", merupakan sumur untuk penambangan minyak bumi peninggalan jaman Belanda namun masih terus lestari beroperasi sampai dengan saat ini. Kurang lebih masih tersisa 30 unit yang beroperasi di Nglobo sampai saat ini. Selain di Nglobo, masih banyak kawasan sumur angguk yang lain tidak jauh dari Nglobo, seperti di daerah Semanggi dan di daerah Sambong.


Sumur angguk di Desa Nglobo sendiri berada di dalam wilayah operasional Pertamina EP 2, di kecamatan Jiken. Untuk menuju ke desa Nglobo ini, dari kota Blora dapat ditempuh dengan berkendaraan ke arah Cepu sekitar 15 kilometer hingga tiba di simpang tiga arah daerah TPK Cabak, dilanjutkan sekitar 3 kilometer hingga memasuki wilayah bersama milik Perhutani BKPH Nglobo dan Pertamina EP Distrik 2.


Sebaliknya jika dari arah Cepu menuju ke Blora, setelah melewati simpang tiga pos Cabak di sebelah kanan jalan, lanjut sekitar 300 meter hingga simpang tiga arah ke TPK Cabak.

Oiya, antara satu sumur dengan sumur yang lain jaraknya tidak terlalu berjauhan. Apalagi kontur lapangannya yang berbukit, sehingga dari satu lokasi sumur kita bisa melihat lokasi sumur lain di sekitarnya. Asyik deh! Apalagi suasananya masih di tengah desa yang di tengah hutan. Yang terdengar hanya suara sumur angguk itu saja.


Selain sumur angguk, masih ada pula sumur yang dikelola secara tradisional oleh kelompok masyarakat seperti yang ada di desa Ledhok kecamatan Sambong, di mana minyak ditimba menggunakan pipa atau selongsongan peluru dan ditarik memakai wire rope panjang yang digerakkan oleh tenaga manual manusia atau pun dengan mesin diesel. Kedalaman sumur tradisional ini sekitar 2.500 s.d 4.000 meter, karena jika ditarik secara manual perlu berjalan berkeliling 6 hingga 10 kali luasan lapangan sepakbola


Jadi ... tunggu apalagi Kawan, ayo kita cek langsung di lapangan yuk!


Rabu, 18 Mei 2016

Daur Ulang : Tas Punggung dari Plastik Bekas

Alat dan bahan :

  1. Beberapa plastik bekas kemasan sabun /atau pewangi pakaian, kalau bisa yang sejenis atau sesuai design yang diinginkan.
  2. Kain furing tas (bisa pakai kain sponboond)
  3. Resleting
  4. Bisban besar dan kecil.
  5. Ceklekan.
  6. Tali bis / Talikur
  7. Spon
  8. Perekat
  9. Gunting/Cutter
  10. Peralatan jahit
CARA MEMBUAT TAS PUNGGUNG DARI SAMPAH PLASTIK

Cara membuat :

1. Siapkan beberapa plastik bekas bungkus sabun cuci atau pewangi pakaian.
2. Gunting bagian atasnya dengan rapi.
3. Cuci plastik tersebut sampai bersih dengan menggunakan sabun cuci.
4. Keringkan dengan dijemur atau di lap denngan menggunakan kanebo.
5. Potong dan jahit (untuk membentuk lembaran sebelum dipola)
6. Potong sesuai pola. (Pola bisa dibuat sesuai keinginan)
7. Sebelum dirangakai menjadi tas, pasang kain furing, spon, tali tas, ceklekan, perekat, resleting dll.nya.
8. Rangkai semua komponen tadi sampai membentuk tas punggung.

Refferensi :
http://rumah-plastik.blogspot.co.id/2015/04/cara-membuat-tas-punggung-dari-sampah.html

Daur Ulang : Tas dari Plastik Bekas

Plastik adalah jenis sampah yang paling sulit diuraikan oleh tanah. Untuk itu kita harus bisa memanfaatkan plastik bekas menjadi barang yang bermanfaat. Plastik bekas kemasan apapun bisa kita daur ulang menjadi tas yang bermanfaat. Dengan sedikit kreatifitas barang bekas tersebut bisa kita sulap menjadi tas yang berguna bagi kita. Berikut proses pembutan tas dari plastik bekas.



Alat dan bahan yang digunakan :
  • 1.      4 kemasan plastik 450 ml dengan corak dan warna yang senada (2 buah untuk sisi depan dan belakang, 2 buah lagi untuk sisi kiri dan kanan). 50cm bisban dengan ukuran lebar 3cm untuk tali tas.
  • 2.      1 m bisban dengan ukuran lebar 2cm.
  • 3.      4 cm perekat
  • 4.      30 cm renda katun sebagai pemanis.
  • 5.      Jarum (ukuran 16) dan benang jahit berwarna senada.


Cara membuat tas dari plastik bekas :


  • 1.      Bersihkan noda kemasan plastik dengan kertas tisu, kalau tidak bisa rendam dengan air hangat. 
  • 2.      Gunting dua buah kemasan dengan ukuran yang diinginkan. Usahakan potongan kedua kemasan plastik memiliki ukuran yang sama.
  • 3.      Gunting dua kemasan lain (untuk sisi kiri dan kanan) menjadi dua bagian lebarnya (7cm). Jahit bisban pada sisi lebar masing-masing kemasan yang sudah dipotong.
  • 4.      Pasang dan jahit perekat, dengan menggunakan mesin jahit, pada bagian dalam masing sisi depan dan belakang.
  • 5.      Pasang dan jahit bisban lebar 3cm pada bagian permukaan plastik (sisi depan dan belakang), sebagai tali tas.
  • 6.      Kemudian pasang dan jahit renda katun sekaligus bisban pada sisi atas lembar kemasan plastik. Lakukan langkah ini pada kemasan plastik untuk sisi depan dan belakang.
  • 7.      Sambungkan kedua kemasan plastik yang sudah dipotong berukuran 7cm (untuk sisi kiri dan kanan tas). Sehingga membentuk lembaran panjang.
  • 8.      Hubungkan dan sambung dengan jahitan mesin, bagian tadi (no.7) dengan lembaran plastik untuk sisi depan dan belakang.
  • 9.      Lalu pasang bisban pada seluruh tepinya. Nah Jadilah sebuah tas mungil nan cantik, berbahan kemasan plastik. Cara yang sama juga bisa Anda lakukan untuk tas yang berukuran lebih besar, lho. Tinggal ganti ukurannya saja.


Silakan untuk mencoba


Refferensi :
http://www.larizo.com/kerajinan-tangan-tas-cantik-terbuat-dari-plastik-bekas/

Selasa, 17 Mei 2016

Wisata Religi Sunan Pojok ... Cikal Bakal Kota Blora

Cikal Bakal Kota Blora setelah era pemerintahan Kadipaten Jipang Panolan yang berpusat di daerah Kedungtuban, dimulai dari kisah perjuangan Sunan Pojok. Beliau dikenal sebagai sosok waliyullah yang menyebarkan agama islam di daerah Blora. 


Sunan Pojok memiliki nama lain di antaranya (istilah Jawa = dasa nama), yaitu Pangeran Pojok , Pangeran Surabaya, Pangeran Surabahu, Pangeran Sedah, Syaikh Amirullah Abdurrochim dan Wali Pojok Blora. Beliau juga disebut Mbah Benun sesuai nama kecilnya. 

Salah satu riwayat menyebutkan bahwa beliau adalah seorang Panglima Perang dari Mataram Yogyakarta yang ditugaskan oleh Sultan Agung Hanyokrokusumo untuk memimpin perang melawan VOC di Batavia, dan berhasil menang pada tanggal 20 Nopember 1626. Ini menjadi satu - satunya peperangan yang dimenangkan oleh tentara Mataram atas VOC dan tercatatkan di dalam Arsip Nasional. 


Selain memerangi VOC, Sunan Pojok juga ditugaskan menumpas pemberontakan sejumlah Adipati yang "mbalelo" kepada kerajaan Mataram di sebagian daerah seperti di Pati, Tuban, Pasuruan serta Surabaya, yang juga berhasil dimenangkan dengan gemilang. Hingga kemudian beliau diganjar dengan kedudukan sebagai Adipati Tuban.

Setelah berhasil melaksanakan tugas beliau dalam menumpas pemberontakan, Sunan Pojok kemudian melapor kepada Sultan Agung Hanyokrokusumo di Mataram. Namun sayangnya, sekembalinya dari Mataram beliau kelelahan dan menderita sakit hingga akhirnya meningggal dan dimakamkan di desa Pojok, Karangnangka, Kecamatan Banjarejo, Kabupaten Blora. 

Kemudian makam beliau dipindahkan oleh putera beliau RM. Sumodito atau Jaya Dipa, yang telah diangkat menjadi Bupati Blora pertama kali oleh Sultan Agung Hanyokrokusumo, ke Makam Gedhong Blora di Jl Mr.Iskandar I/1 Blora saat ini, atau di sebelah selatan alun -alun kota Blora.

Selama hidup beliau dipenuhi pengabdian kepada pemerintah kerajaan Mataram, dan juga tak lepas untuk mengayomi rakyat sehingga beliau sangat terkenal dan dicintai rakyatnya. Bahkan berbagai jabatan yang di emban beliau sebagai Panglima Perang dan Adipati, kemudian dilepaskan untuk akhirnya menjadi Waliyullah.

Karena besarnya jasa-jasa beliau, hingga kini masih dihormati masyarakat dari luar kota maupun dalam kota lewat ziarah pada hari-hari tertentu seperti malam Jumat Pon. Dan yang paling ramai pada bulan Suro / Muharam, tepatnya 27 suro karena diadakan haul.


Berkat jasa-jasa Sunan Pojok, puteranya yang bernama Jaya Dipa diangkat menjadi Bupati Blora yang pertama (dinasti Surobahu Abdul Rohim). Setelah wafat, digantikan putranya Jaya Wirya sebagai Bupati ke-2, dan kemudian Jaya Kusuma sebagai Bupati ke-3, yang keduanya setelah wafat dimakamkan di satu lokasi dengan makam Pangeran Pojok di Kauman.


Sumber :

Wisata Blora : Ekokultur Masyarakat Samin Di Blora

Samin memang telah menarik perhatian publik sejak lama, bahkan sejak masa penjajahan. Pemerintah kolonial Belanda menganggap Samin sebagai pemberontak. Ironisnya, meski ikut berjuang, pemerintan RI juga memposisikan Samin sebagai yang dimarjinalkan. "Sekitar tahun 1914-1970-an, Samin masih dianggap sebagai komunitas yang harus diawasi. Pemkab Blora sendiri baru agak sedikit terbuka dengan keberadaan sedulur-sedulur sikep itu pada 1980-an, jika Samin menjadi polemik, karena banyak pihak yang merasa berkepentingan. Ada lima kelompok yang memiliki kepentingan terhadap Samin. Yaitu keturunannya, murid atau pengikutnya, akademisi, penguasa (pemerintah/birokrasi) serta LSM."Kelima kelompok ini memiliki persepsi yang berbeda tentang Samin.



Tetapi, awalnya, Samin disebut sebagai komunitas tradisional dengan ciri-ciri tertentu. Sementara pada awal-awal, pemerintah juga menganggap Samin sebagai pembangkang dan orang bodoh. Berbagai stigma negatif atas Samin atau sedulur sikep itu, menjadi keprihatinan tersendiri. "Nilai- nilai, etika dan kejujuran yang dikembangkan Samin, sangat bagus. Tidak ada kasus kriminalitas di Samin, tidak ada perselingkuhan, bahkan, Samin itu monogami". Lain dari perdebatan yang muncul, Samin kini menyita perhatian banyak orang, bahkan pemerintah, seiring adanya pembangunan di komunitas Samin di Dukuh Karangpace, Desa Klopoduwur, Kecamatan Banjarejo, Blora.



Samin Traveller merasa senang karena akhirnya Samin / Sikep telah menjadi salah satu ikon pariwisata baru, tak hanya Blora tetapi juga untuk Indonesia.



Berikut ini adalah gambaran umum masyarakat samin di blora.

Sedulur Sikep atau lebih dikenal sebagai Wong Samin diketahui bermula dari Desa Klopoduwur, Kecamatan Banjarejo, Kabupaten Blora. Desa ini terletak kurang lebih 25 kilometer di sebelah utara Randublatung. Sebuah perkampungan yang terletak di tengah hutan jati. Meskipun demikian, desa tempat munculnya ajaran Samin ini juga sudah terbilang cukup maju, listrik telah menerangi sejak tahun 1987. Bahkan saat ini masyarakatnya telah mengenal serta memiliki televisi, handphone serta sepeda motor. Sebagian besar masyarakat sedulur sikep bermata pencaharian sebagai petani. Dalam bertani masyarakat samin juga telah menggunakan traktor untuk mengolah sawah. Meskipun demikian, kesan tradisional masih tetap nampak dan tidak akan pernah luntur di wilayah tersebut. Misalnya dengan beberapa rumah masih menggunakan penerangan lampu minyak dan berlantaikan tanah. Suasana kental pedesaan yang masih akrab juga masih sangat terasa sekali disini. Bukan hanya lingkungan fisiknya saja, bahkan kultur yang ada di dalamnya pun masih melekat kental dengan kehidupannya sehari-hari. Prinsip kejujuran yang diterapkan sejak dahulu juga tetap dipegang teguh oleh sedulur sikep.



Pada perkembangannya, penganut ajaran ini lebih menyukainya dengan disebut Sedulur Sikep. Hal ini dikarenakan pada abad ke 18-an Wong Samin mempunyai citra jelek di mata masyarakat Jawa dan dianggap sebagai sekelompok orang yang kelewat lugu hingga terkesan amat bodoh, primitif dan sangat naïf. Padahal sesungguhnya pandangan seperti itu salah besar, dan terkesan sangat konyol. Sebab pada realitanya banyak juga masyarakat samin yang sudah mengenal dunia luar,meskipun tidak semuanya, khususnya para pemuda-pemuda yang berada di desa tersebut. Sedangkan sebutan Sedulur Sikep itu sendiri diartikan sebagai orang yang berprilaku baik hati dan jujur.

Nilai-Nilai Sosial di era modern seperti sekarang, dalam kultur masyarakat samin kebudayaan yang sampai detik ini tidak terpupus zaman adalah nilai-nilai positif yang telah ada pada masyarakat Samin. Misalnya kejujuran dan kearifannya dalam memakai alam, semangat gotong royong dan saling menolong yang masih tinggi. Sampai sekarang, sebenarnya nilai-nilai kegotongroyongan dan kejujuran tanpa disadari masih kental jika kita melihat keseharian dan akitivitas masyarakat samin. Selain kejujuran dan kegotongroyongan, Sedulur Sikep juga terkenal dengan kesederhanaan dan etos kerjanya yang tinggi.

Etos kerja Sedulur Sikep juga terkenal sangat tinggi. Biasanya mereka akan berangkat ke Ladang, sawah maupun hutan pada pagi buta dan baru kembali saat senja menjelang. Di siang hari, suasana senyap akan meliputi pemukiman mereka karena masing-masing masih sibuk bekerja. Bagi mereka siang merupakan waktu untuk berkarya sebaik-baiknya.

Pandangan masyarakat Samin terhadap lingkungan juga sangat positif. Biasanya mereka memanfaatkan alam (misalnya mengambil kayu) secukupnya saja dan tidak pernah mengeksploitasi bahkan sering melakukan ritual-ritual khusus untuk kelestarian alam. Hal ini selaras dengan pola pikiran mereka yang cukup sederhana, tidak berlebihan dan apa adanya. Tanah bagi mereka ibarat ibu sendiri, artinya tanah memberi penghidupan kepada mereka.

Karena sesungguhnya Sedulur Sikep memiliki khasanah budaya yang luhur, dengan kehidupan mereka yang sederhana, dan apa adanya. Satu komunitas itu terasa damai, rukun, segala sesuatu diselesaikan untuk mencari bagaimana baiknya, tanpa adanya suatu peselisihan. Prinsip mereka yang senang membantu serta tidak ingin merepotkan orang lain merupakan sikap yang pantas diacungi jempol dan harus senantiasa dilestarikan. Perjuangan Samin Demi Sebuah Eksistensi Ditengah peradaban yang semakin modern, masih ada beberapa suku atau daerah yang masih mempertahankan tradisi ajarannya. Adanya himpitan kebudayaan tradisional yang makin ditinggalkan, mengakibatkan orang lupa dengan kebudayaan aslinya. Tapi masih banyak orang yang tetap berpegang teguh pada ajarannya. Salah satu suku yang masih mempertahankan eksistensinya adalah Samin.

Ayam Bakar "Mak Gogok" .. Wisata Kuliner khas Blora

Kalau ada warung makan yang laris dan dicari orang, walau jauh dari kota, bahkan di pelosok desa yang jalannya pun tak cukup lebar untuk dilalui dua mobil kecil dari arah yang berlawanan, mungkin Rumah Makan Ayam Bakar Mak Gogok ini termasuk salah satu di antaranya.

Ya benar Kawan ... Rumah makan ini tepatnya berada di tengah Desa Genjahan, Kecamatan Jiken, Kabupaten Blora, ... jika dari arah kota Blora, setelah melaju sekitar 10 kilometer ke arah Cepu, akan masuk kecamatan Jiken. Setelah kantor kecamatan Jiken itu ada pertigaan pertama di depan ruko-ruko, lalu masuk sekitar 1,5 kilometer dari Jalan Raya Blora-Cepu tersebut. Berkelok-kelok sedikit lah masuknya.

wiiiiiiiiuw .. kebayang kan jauhnya dari keramaian kota Blora, hihihihi ... padahal kota Blora sendiri saja tidak pernah ramai lho

Tidak cuma sekedar jauhnya lho. Untuk menuju lokasi itu, penikmat ayam bakar Mak Gogok inipun harus melalui jalan desa yang kurang ramah dengan kendaraan. (Semoga dalam waktu secepatnya pak Bupati berkenan membantu perbaikan jalan desa Genjahan ini ya, aamiin).

Namun, walau jauh dari kota, ajaibnya rumah makan itu tak pernah sepi. Tiap hari banyak pengunjung dari dalam maupun luar kota yang mendatangi rumah makan ini, yang tiap hari dibuka pukul 08.00 hingga pukul 16.00.
Tak mengherankan jika setiap hari sekitar 50 ekor hingga 60 ekor ayam bakar Mak Gogok ludes, karena berpindah dari tungku pembakaran ke perut pembeli.

Apa sih istimewanya ayam bakar ini?
Menurut Mak Gogok (50), bahan baku utama masakannya adalah daging ayam kampung, yang asli kampung malahan ya, hihihi. Daging ayam itu lalu dibumbui dengan bawang merah, bawang putih, cabai merah, gula merah, kunir, asam, kencur, tumbar, jinten, dan santan. Bumbu-bumbu itulah yang menyebabkan daging ayam itu terasa gurih, manis, bercampur dengan rasa pedas.
Proses memasaknya cukup unik. Awalnya, ayam kampung (yang utuh) yang sudah dibersihkan-tanpa dibumbui-langsung dibakar dulu sampai dagingnya berwarna agak kecoklatan.

Setelah itu, ayam tersebut direbus bersama-sama dengan bumbu dalam sebuah "wajan" atau penggorengan berdiameter satu meter selama satu jam.
Dalam keadaan utuh, ayam itu dibakar kembali di atas tungku perapian arang. Pembakaran itu bertujuan untuk meresapkan bumbu sekaligus memberikan cita rasa bakar dan asap bakaran.
Saat disajikan, Mak Gogok menambahkan bumbu santan pedas dan sambal ulek.
"Satu porsi ayam ukuran sedang Rp 60.000, sedangkan ayam besar Rp 70.000. Kami juga menyediakan sayur lodeh dan asem sebagai menu tambahan," kata Mak Gogok yang mengaku selalu menyajikan masakan ayam itu secara utuh.
Menurut Mak Gogok yang bernama asli Sarti, bumbu ayam bakar berasal dari neneknya yang bekerja di rumah seorang sinder kehutanan. Zaman dulu, setiap kali ada tamu orang besar, terutama orang-orang Belanda, sang sinder selalu meminta neneknya masak ayam bakar itu. "Dulu, saya kerap diminta membantu nenek meracik bumbu ayam bakar itu, " tutur Mak Gogok.


Sebelum menjual ayam bakar, Mak Gogok sempat menjadi penjual pecel dan bubur kacang hijau di pinggir jalan desa itu.
Sejak tahun 1991, Bu Sarti a.k.a Mak Gogok merintis rumah makan ayam goreng bakar tersebut. Semula, dia hanya melayani pesanan tetangga dan kantor-kantor kelurahan. Tetapi lama-lama, usahanya berkembang pesat.
Hingga akhirnya pada 1996, Mak Gogok membuka rumah makan di tengah desa dengan nama "Mak Gogok", yang berarti ibunya Gogok. Sedangkan Gogok adalah nama panggilan anak pertama Bu Sarti.

Saking larisnya masakan ayam ini, Mak Gogok kini mengembangkan rumah makan tersebut. Saat ini, Mak Gogok telah memiliki sebuah cabang rumah makan yang terletak tak jauh dari Kantor Kepolisian Resor Blora, di Seso, Desa Jepon, Kecamatan Jepon.

Tambang Minyak Tradisional Desa Ledok ... Wisata Khas Blora

Menyebut Blora kepada orang dari luar daerah Blora kadang kala memang kurang populer jika dibandingkan dengan Cepu, salah satu kecamatan di ujung timurnya Jawa Tengah. Cepu yang populer sebagai si kota Minyak memang sudah terkenal sejak jaman penjajahan Belanda dulu.

Cepu dengan blok Cepu-nya yang terkenal dengan kandungan minyak buminya yang berlimpah, sebenarnya meliputi berbagai daerah di dalam kecamatan Cepu, maupun kecamatan di luar Cepu. Di dalam Cepu seperti Kapuan, sedangkan luar Cepu seperti Ledok dan Wonocolo di kecamatan Sambong, Nglobo di kecamatan Jiken, dan daerah lainnya yang berada di daerah kabupaten Blora dan Kabupaten Bojonegoro. 

Potensi kandungan minyak bumi yang berlimpah ini memang sangat menarik minat berbagai perusahaan oil & gas di dalam maupun luar negeri, seperti halnya PT Pertamina EP, Exxon Mobile Ltd, dan sebagainya. Sehingga banyak sumur minyak yang dibuat di dalam satu kawasan yang hampir berdekatan. Di satu desa saja seperti Ledok dan Nglobo bisa terdapat lebih dari 20 sumur minyak. Sayangnya .. sebuah sumur minyak memang tidak bisa dieksploitasi secara penuh. Perusahaan-perusahaan besar seperti Pertamina dan Exxon sudah akan meninggalkannya begitu saja begitu utilisasinya sudah di bawah 80%.

Potensi sisa utilisasi yang 20% itulah yang kemudian dimanfaatkan oleh sekelompok warga desa, baik yang di dalam wadah koperasi desa maupun kelompok perorangan, secara tradisional. Sumur minyak yang masih berjalan dengan operasional secara manual ini sal;ah satunya ada di desa Ledok.

Desa Ledok sendiri terletak di kecamatan Sambong, kabupaten Blora, provinsi Jawa Tengah. Desa ini terletak di sebelah utara kota kecamatan Sambong. Daerah ini memilik penduduk yang belum begitu padat. Perkembangan pembangunan di desa ini memang masih minim.





Daerah Ledok berada di daerah perbukitan dan masih banyak hutan-hutan lebat yang bersifat heterogen. Untuk mengakses desa Ledok cukup mudah, dengan menggunakan transportasi darat. Dapat ditempuh dari Cepu maupun Blora, kemudian ke desa Sambong dan menuju ke desa Ledok.

Daerah Ledok sendiri masih di bawah kendali kelola PT.Pertamina EP 2 dengan sumur angguknya, tetapi banyak pula sumur minyak yang dikelola oleh masyarakat setempat secara tradisional. Cara pengeboran minyak antara PT Pertamina EP dan penambang minyak tradisional secara jelas dibedakan dengan peralatan-peralatan yang digunakan.



Untuk pengeboran secara tradisional, dilaksanakan oleh satu tim pekerja manual. Biasanya terdiri antara 15 sampai 20 penambang. Jumlah populasi pekerja yang banyak ini dibutuhkan karena pada awalnya dalam menggerakkan pompa minyak bumi masih menggunakan tenaga manusia. Timba minyak berupa selongsong peluru besar yang tertambat pada seling kawat panjang hingga lebih dari 2.000 meter. Para pekerja ini yang secara bergantian berjalan menarik ataupun mengulurkan seling kawat tersebut dengan berkeliling sebanyak 4 sampai 10 putaran mengitari seputaran sumur minyak yang seluas satu lapangan sepakbola. Tetapi kini cara tersebut sudah banyak diganti dengan kekuatan mesin. Bisa mesin disel atau mesin truk yang sudah rusak.



Bentuk mesin yang digunakan cukup sederhana. Berupa tiang penyangga pompa yang mirip menara. Penyangga ini disusun dari tiang-tiang besi yang dibentuk seperti kerucut. 



Dalam proses pencarian titik pengeboran, penambang tradisional menggunakan peta peninggalan dari zaman Belanda dulu. Total titik sumur minyak di desa Ledok baik yang tradisional maupun dikelola perusahaan berkisar 235 titik. Semua sumber sumur minyak tersebut sudah dibor dan telah menghasilkan minyak mentah.



Hasil minyak yang didapat oleh penambang tersebut lazimnya disebut "lantung" (minyak mentah). Rata-rata hasil penambangan tradisional setiap satu sumur minyak dalam dua hari saja bisa mampu menghasilkan 5 ton minyak mentah. Dari hasil tersebut semua minyak mentah dijual ke PT Pertamina EP dengan harga 850 ribu rupiah pertonnya. Jadi harga minyak mentah yang dijual ke PT.Pertamina EP dapat disebut sangat murah sekali. Dari kebijakan PT.Pertamina sendiri, masyarakat Ledok tidak diperbolehkan mengoplos minyak mentah tersebut, tetapi harus dijual ke PT Pertamina EP,dengan menggunakan truk-truk kontainer.



Oiya ... Penemu sumber minyak di cepu adalah Mr. Andrian Stoop seorang dari Belanda, beliau juga pendiri kilang minyak cepu pertama kali.

sumber :
http://kotakkatikdikamar.blogspot.co.id/2013/01/penambang-minyak-tradisonal.html

"Loko Tour" .. Wisata Kereta Sembari Mengenal Hutan Jati

Loko Tour adalah sebuah paket perjalanan wisata di kawasan hutan jati wilayah Perum Perhutani Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) Cepu. Perjalanan wisata dengan kereta uap ini akan diawali dari kantor Perhutani yang berada di Jl. Sorogo KPH Cepu atau sekitar 35 km ke arah tenggara dari pusat Kota Blora. Terus apa ya istimewanya "Loko Tour" ini?



Istimewanya Loko Tour ini adalah para wisatawan akan diajak untuk menelusuri hutan jati sejauh 60 km menggunakan lokomotip tua buatan pabrikan Jerman, Berliner Maschinenbaun yang di produksi pada tahun 1928. Bahan bakar kereta tua ini masih mengandalkan potongan kayu jati sisa-sisa hasil produksi atau limbah dari kerajinan meubel di sekitar lokasi yang sudah tidak terpakai lagi. Potongan kayu atau limbah tersebut dibakar  di dapur loko untuk memproduksi uap sebagai penggerak mesin.
Perjalanan Loko Tour ini diawali dengan memasuki hutan jati yang membentang di sepanjang jalan. Para wisatawan akan merasakan bagaimana kesejukan saat melewati deretan pohon jati yang sangat besar. Oh ya di sekitar hutan jati ini terdapat ladang-ladang minyak yang masih diolah manual oleh masyarakat secara tradisional juga.

Seusai melalui kawasan hutan dan desa penambangan minyak tradisional, para wisatawan akan diajak menuju ke tempat penimbunan kayu (TPK) di daerah Batokan. Di tempat ini terhampar log kayu kayu jati yang sudah ditebang dan siap untuk diproses lebih lanjut. Bersebelahan dengan lokasi ini terdapat kawasan Industri Pengolahan Kayu Jati (IPKJ) Cepu. Di IPKJ inilah berbagai macam produk-produk furniture diolah menggunakan mesin-mesin canggih dan modern.

Oh ya, para wisatawan mungkin berpikir kalau itu pohon jati ditebang terus apa nggak habis?
ya kalau jawabannya sih pasti habis. Namun di lokasi Wisata Agro Loko Tour Blora ini juga dijadikan sebagai tempat pengembangan dan pelestarian tanaman jati juga. Dari proses pembibitan hingga penanaman dalam beberapa tahapan. Jadi setiap pohon jati yang ditebang di lokasi ini akan diganti dan dilakukan penanaman setiap periode tertentunya agar pohon jatinya tidak punah dan dapat melindungi bumi dari ancaman Global Warming.
Total perjalanan selama 4 jam ini tidak akan terasa lama dan menjemukan karena di sepanjang perjalanan Wisata Agro Loko Tour ini para wisatawan juga disuguhi kehidupan masyarakat di sekitar hutan yang masih asri dengan keramahannya, sehingga akan meninggalkan kesan tersendiri bagi para wisatawan.
Jadi bagaimana? Tertarik untuk menelusuri di Tempat Wisata Agro Blora : Loko Tour?

DAUN JATI ... RAHASIA NIKMATNYA NASI PECEL BLORA

Musim penghujan telah tiba, cuaca yang mendung membuat kita malas keluar rumah. Tidak ada yang lebih diharapkan pada musim seperti ini melebihi makanan panas, jaket baru dan bercengkrama bersama keluarga. Di Blora, nasi pecel pada musim seperti ini menjadi terasa lebih spesial. Bayangkan saja, nasi putih dipenuhi dengan racikan sayuran dan disiram sambal kacang. Membayangkan saja membuat air liur kita menetes. Nasi pecel blora, bagi para wisatawan yang berkunjung merupakan salah satu pilihan menu untuk sarapan. Tentu saja, tidak lengkap menyantap nasi pecel Blora tanpa ditemani dengan kripik tempe Blora yang melegenda. Sarapan yang penuh gizi untuk mengawali hari.


Kenikmatan nasi pecel Blora, semakin maksimal jika kita memakannya dengan wadah daun jati. Aroma khas daun jati semakin menambah kenikmatan nasi pecel Blora. Hampir di semua kecamatan di Blora memiliki formula resep untuk membuat nasi pecel yang lezat. Dari cepu, sampai todanan memiliki gaya masak dan penyajian yang berbeda – beda. Namun, di balik perbedaan tersebut, semuanya setuju bahwa nasi pecel dengan sensasi paling lezat adalah nasi pecel yang dimakan dengan wadah daun jati, warga Blora menamakan wadah tersebut dengan pincuk, sebuah nama yang unik.


Tidak sulit mencari daun jati di Blora. Blora adalah kota Jati, yang mana empat puluh persen wilayah Blora adalah hutan jati. Namun, menjadi penyedia daun jati untuk kebutuhan wadah nasi pecel bukanlah pekerjaan populer di Blora. Dibutuhkan kedisiplinan tinggi yang disertai dengan ketelitian supaya daun jati yang dikumpulkan adalah daun jati yang bermutu dan berkualitas. Kriteria daun jati yang bermutu adalah daun jati yang sedang, tidak terlalu kecil atau terlalu lebar, kuat, dan utuh. Daun jati yang bermutu sangat mempengaruhi rasa dari nasi pecel yang akan disajikan.
Mbah Suratmi ( 43 ) adalah salah satu dari belasan penyedia daun jati untuk kepentingan wadah nasi pecel. Perjalanan daun jati dimulai pada tengah hari, ketika Mbah Suratmi dan suami memetiknya dari pohon jati di huta Polsewu Kecamatan Tunjungan. Sampai di rumah, nenek dua cucu ini memilih daun – daun jati yang berkualitas. Setelah daun jati disortir, selanjutnya adalah menata daun jati menjadi gelondongan – gelondongan daun jati yang siap didistribusikan kepada para penjual nasi pecel. Selain didistribusikan kepada penjual nasi pecel, Mbah Suratmi juga menjajakan daun jati di pasar Blora setiap pagi.


Setiap pagi, Mbah Suratmi dan suami berangkat menuju pasar Blora pada saat kebanyakan warga Blora sedang terlelap tidur, pukul dua dini hari. Dengan harga 20 ribu tiap satu ikatan besarnya, setiap pagi mbah Suratmi bisa memperoleh penghasilan sekitar seratus sampai seratus dua puluh ribu rupiah. Tidak banyak memang, namun mbah Suratmi sangat menikmati rutinitas hariannya itu.
Mbah Suratmi biasa menjajakan daun – daun jati berkualitasnya di bawah jembatan layang pasar blora, ditemani suami tercinta Mbah Suratmi menunggu pelanggan sampai fajar menjelang. Bagi Mbah Suratmi, menikmati hari tua dengan menjual daun jati adalah sebuah kepuasan hidup.
Jika anda seorang penikmat nasi pecel Blora, pastikan anda menikmati nasi pecel dengan daun jati yang berkualitas. Daun jati yang menambah nikmatnya aroma nasi pecel di pagi hari, dan bisa jadi anda suatu saat akan menikmatinya dengan daun jati hasil jerih payah Mbah Suratmi.

sumber :

Wisata Waduk Greneng Tunjungan Blora

Wisata Waduk Greneng Tunjungan Blora adalah salah satu objek wisata Blora, Jawa Tengah. Waduk Greneng ini berada di Kecamatan Tunjungan, Kabupaten Blora yang relatif dekat dengan Alun-alun Blora.

Selama ini memang banyak wisatawan berkunjung ke wisata Blora dan mampir di hotel murah Blora, homestay Blora, kemudian juga mencicipi wisata kuliner Blora.

Bagi Anda yang belum pernah ke Blora dan khusus di waduk Greneng Blora, jangan lupa mampir dan nikmati keindahan wisata menarik tersebut.



Lokasi Waduk Greneng Blora
Lokasi waduk Greneng Blora ini tepatnya berada di, di Dukuh Greneng, Desa Tunjungan, Kecamatan Tunjungan, Blora.

Anda bisa ke lokasi Waduk Greneng Blora dengan naik kendaraan pribadi seperti sepeda motor, dan mobil. Anda juga bisa naik ojek atau angkutan umum yang lewat di area wisata waduk tersebut.

Harga Tiket Masuk Waduk Greneng Blora sangat murah, yaitu hanya membayar ongkos parkir sekitar Rp.1000 sampai Rp.2000 untuk sepeda motor dan Rp.5000 untuk mobil atau bus.

Fasilitas Waduk Greneng Blora
Fasilitas Waduk Greneng Blora lumayan banyak, mulai dari pemandangan indah, pos jaga, pohon untuk berteduh, kantin, kapal dan lainnya. Anda juga bisa menyewa pancing untuk memacing di waduk tersebut

sumber :
http://www.harianblora.com/2015/10/wisata-waduk-greneng-tunjungan-blora.html

Agrowisata Temanjang atau Agrowisata Dungmandur Blora

Agrowisata Temanjang atau Agrowisata Dungmandur Blora merupakan salah satu objek wisata di Kabupaten Blora yang sangat menarik perhatian wisatawan. Sebab, wisata yang berada di Desa Temanjang, Blora,ini berada di tengah kawasan hutan jati yang sangat lebat, hijau dan sejuk.

Agrowisata adalah wisata yang sasaran utamanya adalah pertanian, perkebunan, kehutanan, dan sebagainya. Sedangkan  Agrowisata Temanjang atau Agrowisata Dungmandur Bloraadalah wisata yang berpusat di desa Temanjang, Blora, dengan objek utama hutan yang hijau dan sejuk.

Jika Anda berminat ke Agrowisata Temanjang atau Agrowisata Dungmandur Blora,silahkan datanglah ke Desa Temanjang, lokasinya kira-kira 16 km dari arah selatan Kota Blora. Selain terdapat hutan jati yang lebat, di sana Anda juga bisa menikmati indahnya kedung atau tempat air yang tak pernah habis.

Tak hanya digunakan untuk minum, setiap malam Jumat, menurut penduduk setempat, sering digunakan kegiatan atau upacara spiritual untuk mendapat tujuan tertentu. Unik dan juga banyak mitosnya. Di sana juga terdapat aneka macam buah-buahan, dan terdapat pula beberapa tempat istirahat dan warung untuk sekadar ngopi atau melepas lelah.

Luas Agrowisata Temanjang atau Agrowisata Dungmandur Blora ini kurang lebihnya adalah 3 hektar. Selain hutan, di tengah lokasi wisata juga ada tempat istirahat yang bisa digunakan pengunjung untuk istirahat dan bahkan diskusi sejenak.

Jika Anda tertarik, segera bereskan koper Anda dan bawa bekal langsung menuju lokasi ini. Anda dijamin ketagihan untuk berwisata di hutan. Apalagi, hutan jati di Kabupaten Blora sangat unik daripada hutan jati di daerah lain.

sumber :